Allah’s everyday gift for me – 040610

Haduh. Saya tetap tak pandai mengajak orang. Tak pandai membuka diri sehingga orang bisa mengenali diri saya lebih jauh. Saya rasa saya agak berbeda dengan orang lain. Is it wrong being a different person? Being a minority?

Jadi inget yang di Gogirl… Yang enak dan ga enaknya jadi minority, terkenal karena berbeda dari orang lain.

Lose Some:

Being Stereotyped; sering kalah voting; misunderstood; feeling lonely; discriminated

Get Some:

Solid; Eksis; Eksklusif; More tolerant; Unik; work on your idealism

Cerita tentang Babakan Asih

Aku ikut nonton bareng YPBB. Well it’s not the film. Well, it’s absolutely nothing about the film. It’s about a sharing about someone’s experience in doing a community development. There are loads of things that I can learn here. So here it goes…

Babakan Asih adalah satu desa yang terdiri atas kumpulan orang2 yang amat heterogen dan terkenal berpenduduk preman-preman dan keluaran dari penjara (residivis). Seseorang bernama Reggy yang merasa perlu melakukan TurBa (turun ke bawah) ketika mahasiswa, memberanikan diri untuk membenahi kawasan ini sejak sepuluh tahun yang lalu. Krisis yang ia lihat adalah bukan hanya karena profesi penduduknya yang rata-rata preman (maling), namun juga dari sisi interaksi sesama penduduk yang tak saling mempedulikan karena egoism dan kebiasaan mengekspresikan sesuatu lewat penyaluran tenaga (otot, fisik, kekerasan).

Untuk mendapatkan kepercayaan dari warga sini yang 99% residivis dan hanya pak RWnya saja yang bukan, Reggy harus menjadi suatu sosok yang bisa didengar suaranya. Seperti apa? Ia menjadi preman paling hebat dengan tato paling banyak dan berani menghadapi polisi! Lama kelamaan warga amat segan dan menanggapnya hebat sehingga timbulah semacam patronase (dianggap seperti nabi) yang membuat warga justru tergantung padanya. Tapi lama kelamaan patronase ini meluluh.

Reggy berhasil membuat warga Babakan Asih memiliki rasa kesadaran yang tinggi terhadap banyak hal. Lingkungan? Mereka berhasil membuat 8 ruang terbuka hijau, membuat koridor (gang) menjadi daerah yang tetap bisa menyerap air, tidak lagi membuang sampah ke sungai, bekerja bakti dengan partisipasi sangat tinggi dari warga, membersihkan sungai walau frustasi karena bagian hulu terus menerus mengalirkan sampah, jika melihat sampah tercecer warga langsung memungutnya, mengetahui pentingnya berhimpun, berdemokrasi, melakukan kampanye sehat dengan dihadiri ratusan warga, memiliki kesadaran dan kemauan mengubah keadaan menjadi lebih baik, menghadiri rapat tepat waktu, terbuka dan tertarik pada hal baru, dan lain-lain.

Menurutnya, orang jaman sekarang harus dapat krisis dulu biar mikir. Harus merasakan akibatnya dahulu baru dia berpikir. Meureun harus seBandung banjir biar mikir.

Uniknya, Reggy dibantu oleh Urbane alias Pa Emil dengan pengaplikasian lingkungan yang sehat dan bantuan pencarian CSR (Corporate Social Responsibility). Duh,, susan,, mengapa semua berputar2 di daerah loe aja ya… Sahabat Kota, YPBB, Urbane, Baff, semua berlingkaran..

Yah… ketika satu projek semacam ini sudah terbukti berhasil maka akan menjadi prototype dan dilakukan dimana-mana.

Com dev dimulai dengan live in. Membuat objek (maskudnya adalah komunitas yang ingin kita ubah perilakunya) bisa curhat kepada kita sehingga kita tahu karakternya seperti apa. We sleep, eat, have fun, work with them. Semua dilakukan hingga tercipta hubungan emosional. Diawali dengan pemetaan harapan. Build relationship through informal practices.

What’s the tip? Harus militant dalam hal kesadaran dan kesabaran. How can he be like that? Dia merasa sangat puas hebat divine ketika berhasil membawa perubahan berupa kebaikan pada orang lain. Benar2 harus tahu tujuan dan willing to take all the risks and sacrifice everything just to make it true. It’s a matter of choice. And this was his choice. He chose to be orang yang all out melakukan segala hal yang tak orang biasa lakukan dan melakukannya dari sejak mahasiswa tanpa henti. Bukan seperti kepengurusan yang bergulir.

Next tip? Dokumentasi itu penting agar mudah menjelaskan dan ketika berhasil, orang lain mudah menirunya di tempat lain.

Film yang saya tonton selanjutnya adalah mengenai com dev di Kampung Dukuh – Garut. Warga adat yang melakukan lading berpindah. Namun lading berpindah ini tak begitu buruk awalnya karena alam masih bisa memaklumi (menunjang) hal ini, until Perhutani came along. Perhutani memaatkan wilayah mereka dan mereka dianggap penduduk illegal oleh Perhutani.

Masyarakat Dukuh (dalem-luar) seperti Kanekes, juga menolak teknologi dan memberlakukan system pembatasan penduduk. Yah tentunya menyesuaikan dengan daya dukung alam terhadap cara mereka hidup.

Nice words I heard:

Making a difference to a better world:

Mun teu ayeuna iraha deui? Mun teu ku urang ku saha deui?

Kecintaan terhadap tumbuhan adalah bukti tingginya peradaban

Tingginya teknologi menunjukkan rendahnya kemampuan manusia.

Teknologi membuat manusia menjadi lebih individualistis, contohnya TV  yang membuat intens satu orang hanya dengan pikirannya sendiri dan bukan bersosialisasi.

2 Comments Add yours

  1. sawung says:

    susan yang baik bolehkan saya postingkan pengalaman menontonmu ke blog walhi(mungkin ypbb juga) dan saya link kan ke sini juga

    1. krisanti says:

      tentu saja boleh…

Leave a reply to krisanti Cancel reply